Menuduh Lembaga Survei Dibayar
Giliran calon yang didukung kalah populer dan electable, eh, lembaga surveinya yang dituduh macam-macam. Giliran calon yang didukung keok, eh, lembaga survei yang dituduh tidak netral dan berpihak. Tapi kalau menang diam saja. Itulah ciri pendukung sumbu pendek.
Sikap itu sejalan dengan ciri-ciri pecundang. Itu bedanya dengan pemenang. Pemenang selalu bicara perbaikan dan sibuk memperbaiki diri, kalau pecundang selalu mencari alasan untuk menyalahkan orang lain atas kekalahannya.
Giliran kalah, lembaga survei yang dituduh macam-macam. Kalau mukamu buruk, jangan belah cermin. Cari tahu mengapa kamu kalah.
Saya tidak berafiliasi dengan lembaga survei mana pun, tapi apa semua lembaga survei itu menggadaikan harga diri dan idealismenya? Ya, ‘kan tidak. Apa gunanya mereka sekolah sampai doktor dan membuat lembaga survei, lalu menjual harga dirinya? Tidak semua lembaga survei itu berengsek.
Ketika besok ketika hasil akhir tidak jauh beda dengan hasil survei yang menunjukkan si calon yang didukung kalah, ada banyak macam alasan dan tuduhannya lagi. Ada yang menuduh hasilnya sengaja diatur oleh pemerintah. Ada kecurangan lah. Pokoknya mencerminkan jiwa pecundang.
Mereka tidak jauh beda dengan pembenci Messi yang menuduh kemenangan Argentina di Piala Dunia itu settingan.
Jadilah pendukung yang objektif dan terbuka pemikirannya. Calon yang kamu dukung bukannya tanpa kekurangan. Fokuslah pada perbaikan, bukan menyalahkan dan menuduh orang lain punya agenda khusus menjatuhkan.
Lagipula, ini ‘kan politik. Masyarakat sudah cerdas. Calon-calon yang pakai strategi playing victim sudah tidak laku. Yang laku sekarang ini adalah gagasan dan visi yang jelas dan terukur.