Kamu Itu Budak atau Intelektual?
Sedikit-sedikit menurut teori A, sedikit-sedikit menurut pendapat ini, menurut itu. Kamu itu budak atau intelektual? Kok, sedikit-sedikit menurut pada ide dan konsep orang lain. Kamu itu banyak menurut pada pendapat orang lain, tapi lupa menjadi intelektual yang mandiri. Bahkan ada yang bangga karena banyak merujuk dan menurut. Menurut, kok, bangga. Apa gunanya kamu sekolah lama, tapi tidak menjadikan diri kamu mandiri dalam membuat gagasan.
Ayolah, cobalah mandiri dalam bergagasan dan bersikap kritislah. Kamu harus berani melawan kemapanan, dalam arti tidak semua konsep dan teori orang lain, entah itu ilmuwan dan siapapun itu, kamu terima. Teruslah membaca dengan kritis, lalu pertajam analisismu, sehingga kamu dapat menghasilkan konsep yang baru. Ilmu itu dinamis. Tidak semuanya harus kamu terima, terima, terima, dan pakai.
Ada orang berkomentar, “Saya banyak mengutip dan merujuk teori orang lain karena teori itu sudah teruji.” Lah, gunanya kamu kuliah dan berdiskusi sepanjang waktu itu untuk apa, kalau tidak berani mengeluarkan gagasan yang kritis. Justru, saat itulah kamu melemparkan gagasan, lalu diperdebatkan dengan data dan pengamatan. Pengujian itu bisa dilakukan dengan banyak cara. Bisa dengan penelitian, diskusi, seminar, simposium, FGD, atau apa pun itu. Kampus adalah wadah untuk menguji gagasan kamu itu. Gagasan dilempar itu menjadi konsep. Konsep yang diuji itu menjadi teori.
Tapi memang realitasnya, kebanyakan orang masuk kelas kuliah ‘kan hanya untuk mendengarkan pendapat dan konsep orang lain. Jarang yang berani menentang.
Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi, lalu dalam menulis, kamu lebih banyak mengandalkan “menurut ini, menurut itu.” Kemandirianmu mana? Kamu itu ke kampus hanya cari gelar demi statu sosial, atau agar kemandirian dan intelektualitasmu itu meningkat?
Pada prinsipnya tidak ada ide, gagasan, konsep, dan teori yang sempurna. Setiap orang memiliki hak untuk berpendapat untuk mengungkapkan apa yang ada di hati dan kepalanya. Setiap orang pun memiliki hak bahwa gagasannya itu bisa menjadi konsep dan teori.
Ayolah, tingkatkan kepercayaan diri. Sekolah itu untuk meningkatkan kepercayaan diri. Bukan justru terus menurut.
Walah, pasti ada yang tidak suka, nih dengan ocehan pagi ini. Selamat ngopi pagi, saudara-saudara.