Saya Tidak Pernah Goyah

Beberapa hari yang lalu, orangtua saya menelepon saya. Mereka memberi tahu bahwa ada beberapa orang yang tidak suka terhadap tulisan saya, spesifiknya mereka tidak suka dengan gaya keterusterangan yang saya gunakan dalam menulis. Terlalu blak-blakan, katanya. Herannya saya, kok, tidak langsung ke saya. Mengapa harus lewat orangtua. Mereka kebetulan oknum ASN.

Syukurnya orangtua saya sangat bijaksana merespon itu. “Andi sudah menikah.  Dia sudah berumah tangga. Dia sudah bisa menentukan mana yang baik dan buruk. Jika ingin menyampaikan keberatan, sampaikan langsung ke Andi,” respon orangtua saya terhadap orang-orang itu.

Saya dididik oleh orangtua dengan nilai-nilai yang sangat kuat. Kalau benar, jangan gentar untuk maju dan perjuangkan. Kalau salah, mintalah maaf dengan kesatria. Karena saya tahu saya benar dan dapat mempertanggungjawabkan, maka saya berani bicara apa adanya. Ibu saya mengajarkan saya untuk selalu berbicara dengan lugas dan tak banyak basa-basi.

Bersyukurnya, keluarga saya sangat solid. Makin ke sini, makin solid, meskipun pernah diuji kekuatan dan kebersamaannya beberapa tahun silam. Imam Alfafan, adik saya yang terlihat hampir selalu berseberangan dengan saya itu, justru sangat memperhatikan saya. Saya tahu itu. Hehehe. Diam-diam begitu, dia mendukung segala langkah saya. Ibu saya juga mengingatkan untuk selalu waspada dan mengutamakan kejujuran. Bapak mendidik saya untuk selalu meminta maaf, jika melakukan kesalahan. An’am, adik saya yang selalu saya panggil dengan sebutan brengsek itu adalah pendukung yang paling kuat segala langkah dan pilihan yang saya tempuh. Adik perempuan saya satu-satunya selalu mendukung apapun yang saya tempuh.

Beberapa orang itu memberi ancaman kampungan. “Kalau Andi itu statusnya PNS, sudah saya tegur.” An’am, adik saya yang sok ngganteng menyahut, “Ah, itu ancaman kampungan. Sudah gak zaman ancaman seperti itu.” Saya tertawa saja.

Orangtua meminta saya ikut tes CPNS sejak 8 tahun yang lalu. Selama 8 tahun itu pula saya menolak. Batas usia mengikuti tes CPNS adalah 35 tahun. Sampai sekarang saya tidak tertarik. Mengapa? Satu, saya tidak suka diatur oleh waktu. Saya sering bangun kesiangan. Dua, saya tak suka punya atasan. Tiga, saya ingin liburan kapan pun saya mau. Tentu setiap orang punya pertimbangannya masing-masing dalam hidupnya. Tapi alasan saya tidak mau menjadi ASN setidaknya karena tiga hal itu. Terkait alasan tidak suka punya atasan karena saya tidak suka diperintah. Kalau diperintah saya tidak bisa menjadi diri sendiri. Saya cepat tersinggung kalau diperintah. Apalagi diperintah oleh atasan yang sok senior dan mengatur.

Makin ke sini, orangtua saya makin memahami jalan hidup yang saya pilih. Bagaimana dengan kesejahteraan hidup? Alhamdulillah, meskipun tergolong pengangguran, sampai saat ini mampu juga menghidupi satu istri dan tiga anak.

Jadi, terkait ancaman kampungan di atas justru menunjukkan betapa bobroknya jalan pikiran oknum ASN itu. Masak, karena merasa tersentil oleh tulisan, pakai ancaman. Semoga ancaman itu tidak mereka pakai di tempat tugasnya. Karena sungguh berbahaya bagi ASN-ASN muda yang dipimpinnya. Itu ‘kan gaya membungkam gaya baru.

Saya menyadari bahwa selama saya hidup 29 tahun ini, tidak semua orang suka dengan gaya saya berbicara dan menulis yang saya pilih. Tapi itu sama sekali tidak mengganggu produktivitas saya. Yang ada justru saya makin semangat.

Anggapan bahwa saya tersesat, arogan, congkak, sombong, overacting, otoriter, dan bajingan karena gaya saya berbicara dan tulisan-tulisan saya bukan hal yang baru. Itu sudah biasa, bahkan sejak SMA saya mendapatkan cap seperti itu. Tapi saya tidak pernah goyah sedikit pun dengan pilihan hidup dan prinsip yang saya yakini benar.

Alhamdulillah sudah sebelas tahun ini, saya istiqomah dengan gaya menulis saya. Saya tidak pernah goyah sedikit pun. Semoga Tuhan memberi kekuatan untuk terus konsisten sampai akhir hayat.

Saya tidak keberatan jika orang tidak setuju dengan tulisan saya. Hanya saja, biar anggur to anggur, balaslah tulisan itu dengan tulisan pula. Itu langkah yang paling cerdas.

 

 

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *