PDIP Akan Memilih Ganjar

Berbagai koran, portal berita daring, maupun televisi memberitakan adanya perseteruan dingin Puan dan Ganjar sejak setahun dua tahun terakhir ini. Keduanya sama-sama kader PDIP. Pada suatu acara di Jawa Tengah, Puan menyindir Ganjar yang hanya mengandalkan cuap-cuap di media sosial dan menomorduakan kinerjanya sebagai gubernur. Memang, sih, Puan tidak langsung menyebut nama Ganjar. Tapi orang-orang paham jika itu adalah Ganjar. Lucunya, Ganjar tidak diundang di acara itu, padahal Ganjar adalah gubernur di situ sekaligus kader PDIP. Makin ramailah kejadian itu diberitakan. Para media terus mengeksploitasi kejadian tersebut hingga hari ini.

Setelah itu, Ganjar pun diserang oleh sesama kader PDIP. Tentu saja kader yang pro Puan. Mendengar itu, Ganjar biasa-biasa saja. “Kritik dari kolega dan teman separtai itu vitamin,” katanya ketika ditanya tentang sindiran itu.

Konflik dingin itu  itu mengakibatkan polarisasi internal pada sebagian kader PDIP. Ada yang membela Puan, ada juga yang memihak Ganjar. Yang memihak Ganjar disebut celeng. Bagaimana sikap Ganjar? Dia masih setia dengan diamnya.

Konflik dingin tersebut berkembang menjadi sedikit liar. Katanya, Puan berambisi jadi capres.  Apalagi didukung oleh banyaknya baliho berwajah Puan di berbagai daerah. Saya sendiri kadang berpikir apa hubungannya wajah Puan, kepsyen di baliho, dengan model pencitraan yang sedang dilakukannya. Kalau dia mau memperkenalkan diri sebagai bakal capres, ya, jujur saja. Seharusnya Puan sedikit pintar mencontoh Gus Imin dari PKB yang blak-blakan. Di baliho itu tertera, “Gus Muhaimin 2014”. Itu lebih to the point ketimbang pecintraan Puan yang tertulis, “Kepak Sayap Kebhinekaan” atau “Ketua DPR RI.” Itu lebih basa-basi untuk menarik dukungan rakyat.

Yang lebih tidak relevan lagi ada baliho tertulis “Cucu Bung Karno, Putri Megawati Soekarnoputri” di samping foto besar Puan. Entah itu atas arahan Puan atau inisiatif kader yang memihak dirinya, tulisan yang bawa-bawa nama Bung Karno dan Megawati justru menuansakan Puan adalah sosok yang hanya mendompleng popularitas kakek dan ibunya. Banyak masyarakat yang menilai Puan tak punya kemampuan sebagai pemimpin. Menurut Anda, bagaimana? Punyakah Puan kapasitas atau “potongan” capres?

Kembali ke soal konflik dingin Puan dan Ganjar, saya melihat ini hanyalah “konflik anak-anak sebagai saudara dalam sebuah rumah.” Kendalinya tetap ada pada ibunya. Ya, biasalah, anak-anak berantem itu hal yang wajar. Kadang mereka baku hantam sambil berdarah, nanti juga berbaikan lagi. Makin ke sini saya melihat konflik dingin antarkader itu ibaratnya anak-anak yang sedang berebut mainan. Tapi mereka tetap menurut pada ibunya.

Wajah dan sikap Megawati adalah wajah dan sikap PDIP. Partai ini relatif solid karena keras dan tegasnya hati Megawati. Kerasnya hati dan pendirian itu justru memberikan dampak baik pada kehidupan partai. Kader-kader yang berniat mbalelo  diminta angkat kaki.

Semua keputusan ada pada Megawati. Keputusan untuk mengusung siapa capres ada di tangan Megawati. Saya mayakini bahwa PDIP akan tetap mengusung Ganjar Pranowo. Ada beberapa alasan yang mendasari keyakinan saya akan itu.

Pertama, track record  PDIP. Sejak dulu partai ini sulit dan terkedan tidak mau mengusung kader luar partai untuk menjadi capres. PDIP konsisten mengusung kadernya sendiri sebagai capres. Cawapres boleh dari luar partai, tapi capres tetap harus kader PDIP. Sekalipun Megawati tahu bahwa kadernya akan kalah, tapi mengusung kader sendiri adalah pilihan utama. Itu terbukti dalam empat pilpres.  Pada Pilpres 2004 dan 2009, kader PDIP kalah, tapi di Pilpres 2014 dan 2019, kader PDIP menang. Konsistensi mengusung kader sendiri inilah yang mendasari keyakinan saya bahwa PDIP akan mengusung Ganjar di Pilpres 2024.

Kedua, Strategi cek ombak yang efektif. Kita tidak pernah tahu bahwa ada komunikasi off the record antara Megawati, Ganjar, Puan, dan kader kunci PDIP lainnya selama setahun terakhir ini. Konflik dibiarkan terus eksploitasi oleh media massa, tapi komunikasi politik terus berjalan di internal partai. PDIP diam-diam menjalankan strategi senyap cek ombak untuk melihat popularitas dan elektabilitas Ganjar. Gila apa kalau PDIP tidak mengusung Ganjar yang konsisten masuk Top 3 di berbagai lembaga survei.

Ketiga, fatsun politik Ganjar yang njawani. Selama diberitakan konflik dengan Puan, pernahkah Anda melihat Ganjar mengeluarkan pernyataan atau sikap yang menjelek-jelekkan Puan atau partainya? Tidak pernah. Ganjar lebih banyak diam atau paling banter mengeluarkan pernyataan yang bijak. Jangan lupakan bahwa Ganjar adalah kader senior PDIP. Dia tahu budaya partai. Dia juga tahu bahwa Bu Mega adalah ketua partai yang realistis dan bijaksana. Ganjar itu orang Jawa. Dia pasti menurut pada orangtua. Begitu pula dengan sikap politiknya. Tidak mungkin hanya karena konflik dingin dengan Puan lantas dia bikin blunder atau keluar dari partai. Ganjar diam-diam begitu, pasti juga sedang menyiapkan strategi. Beberapa partai sudah mulai antisipatif untuk mengusung Ganjar, tapi, toh, Ganjar tetap diam.

Bagaimana dengan beberapa pihak yang sudah terlanjur mendukung Ganjar dan seolah-olah mengharapkan Ganjar keluar dari PDIP? Ini pun harus disadari bahwa peristiwa politik itu sarat dengan settingan dan boleh jadi menjadi bagian dari strategi cek ombak itu tadi. Anda coba pikirkan dari mana dana untuk mengadakan acara-acara semacam deklarasi itu?

Keempat, sikap realistis Megawati. Dulu, pada saat memutuskan Jokowi menjadi capres, internal PDIP bukannya tanpa dinamika. Soal setuju dan tidak setuju itu hal biasa. Tapi setelah Megawati memutuskan Jokowi sebagai capres, toh, tidak ada yang berani menentang. Semua kader bekerja keras memenangkan Jokowi. Saya yakin Ganjar memahami hal ini. Jika ada kader yang menurut lembaga survei selalu konsisten tinggi angkanya, untuk apa mengusung kader lain atau dari partai lain. Megawati itu punya tipikal menjalani strategi dalam senyap. Survei terbaru dari Akar Rumput Strategic Consulting (ARCS) menunjukkan capres pilihan publik teratas adalah Ganjar Pranowo. Masak,  PDIP tidak mau mengusung kadernya sendiri?

Saya yakin PDIP akan mengusung Ganjar Pranowo untuk menjadi capres di Pilres 2014. Puan, bagaimana? Jadi ketua umum PDIP selanjutnya saja. Itu relatif tepat.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *