Mustahil Orang Dompu Jadi Gubenur

Salah satu kelemahan orang Dompu adalah tidak mampu menang dalam setiap kontentasi pemilu di tingkat nasional maupun provinsi. Coba Anda sebutkan berapa persen orang Dompu yang mampu sampai DPRD NTB? Bisa dihitung jari. Dibandingkan Bima dan Sumbawa, Dompu kalah jauh.

Dompu selalu kalah dan inferior dalam pertarungan politik. Dompu hampir selalu berada di urutan paling bawah kalau urusan figur-figur potensial. Faktanya bukan tidak ada orang Dompu yang nyalon DPRD NTB. Mereka banyak. Tapi yang mampu menarik perhatian warga Pulau Sumbawa sangatlah sedikit. Bahkan calon-calon itu tidak mampu menarik perhatian orang Dompu yang berada di dapilnya. Buktinya hanya satu dua orang Dompu yang lolos Udayana. Orang Dompu sendiri bahkan tidak tertarik menjadikan orang Dompu sebagai wakilnya di legislator. Ada apa, kok, orang Dompu tidak sepercaya itu pada orang Dompu sendiri.

Apalagi tentang pemilihan gubernur. Coba Anda sebutkan siapa tokoh Dompu yang pernah maju nyalon gubernur atau wakil gubernur NTB? Tidak ada. Bahkan, tokoh Dompu yang digadang-gadang jadi calon saja tidak ada. Benar-benar tidak ada. Sebagai orang Dompu, saya kadang membatin apa Dompu tidak punya putra daerah yang cerdas dan dapat diperhitungkan dalam skala NTB. Kadang saya membatin juga apa orang Dompu hanya jago kandang kalau urusan politik nasional dan provinsi.

Bicara anggota DPR dan DPD RI, tidak pernah ada ceritanya orang Dompu mampu mewakili NTB di kongres dan senat Indonesia. Lagi-lagi saya membatin, apa sebodoh itu kita orang Dompu? Apa selemah itu orang Dompu kalau sudah urusan politik nasional?

Atas beberapa analisis, saya simpulkan bahwa mustahil orang Dompu menjadi gubernur NTB. Sungguh mustahil.

Pernahkah Anda bertanya atau berpikir mengapa orang Dompu tidak mampu jadi gubernur, senator, legislator baik di tingkat provinsi maupun nasional. Mengapa orang Dompu selalu kalah. Saya mengidentifikasi beberapa hal.

Pertama, mental jago kandang. Tokoh-tokoh politik Dompu bukannya tidak ada yang berkompeten, tapi ketika telah berhasil di Dompu, mereka tidak punya nyali untuk mengembangkan kemampuannya ke taraf yang lebih tinggi. Oleh karena itu, ya, mereka hanya dianggap bagus di Dompu, tapi untuk skala NTB dan Indonesia, kemampuan dan potensi mereka segitu saja. Jadi, untuk urusan home, mereka berlaku seperti seolah-olah singa, tapi saat away, mereka selalu inferior.

Kedua, politik menjatuhkan yang merajalela. Kalau ini, sih, saya kadang malu terkait beberapa orang yang berkomentar betapa kerasnya politik menjatuhkan di Dompu. Ketika ada tokoh politik yang dianggap berpotensi dan mulai naik daun, sebagian orang Dompu akan menjatuhkan saudara sedaerahnya itu. Apa yang terjadi? Tokoh politik yang potensial ini tidak kunjung berkembang, alih-alih punya nama di skala NTB dan Indonesia. Saya tidak tahu dari mana awal mula politik menjatuhkan itu merajalela. Alih-alih jadi calon gubernur, baru mau nyalon DPRD saja, dia akan dijatuhkan dengan berbagai cara. Akibatnya, tokoh-tokoh potensial itu menepi dan mengusir diri mereka entah ke Mataram atau Jakarta.

Ketiga, penduduk Dompu sangat kecil. Bila dibandingkan Bima, Sumbawa, apalagi Lombok, penduduk Dompu sangat sedikit. Jadi, alih-alih menang di pemilihan gubernur, lolos ke Udayana saja sangat kecil kemungkinannya. Aspek antropologi politik sangat penting diperhatikan dalam berpolitik. Anda tidak bisa mengarahkan orang Sasak untuk tidak memilih calon gubernur dari Sasak. Betul ada orang Sumbawa yang jadi calon gubernur, tapi wakilnya orang Sasak. Mayoritas di mana-mana pasti ingin memimpin dan berkuasa. Siapa mayoritas di NTB? Ya, Sasak. Dalam hal etnis dan jumlah penduduk, Dompu kalah jauh dari tetangga-tetangganya. Apa iya orang Bima mau memilih orang Dompu? ‘Kan tidak mungkin. Apalagi orang Sumbawa dan Sasak. Sangat tidak mungkin.

Setidaknya tiga faktor itu yang saya identifikasi sebagai penyebab mengapa orang Dompu selalu kalah dalam pemilu di tingkat provinsi maupun nasional.

Sudah, deh. Jangan sedikit-sedikit kebakaran jenggot. JanganĀ  tersinggung terhadap tiga faktor di atas. Buktinya, belum pernah ada orang Dompu yang jadi gubernur NTB. Wakil pun tak pernah ada. Yang jadi anggota DPRD NTB? Oke, ada 2-3 orang. Yang jadi anggota DPR dan DPD RI? Tidak ada. Orang Dompu selalu kalah.

Ada yang mau bantah omongan saya? Ayo dae, mulailah mengkritik diri dan daerah sendiri. Jangan menjilat terus. Nela, kok, dipelihara.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *