Menulis dan Matematika Allah
Dulu saya percaya kalau sedekah 10 ribu pasti akan diganti 100 ribu. Janji Tuhan akan mengganti 10 kali lipat dari yang disedekahkan. Karena itu suatu waktu saya pernah kecewa kepada Tuhan karena tidak mengabulkan ketika saya sedekah 50 ribu. Kok, gak, diganti 500 ribu.
Dulu orientasi saya melakukan salat Dhuha adalah rezeki uang saya lancar. Ya maklum hidup miskin. Karena hamba biasanya transaksional kepada Tuhannya ketika lapar. Tapi memang kepada siapa lagi harus meminta kecuali kepada Tuhan. Saya juga pernah salat Dhuha hanya karena ingin lulus tes Toefl. Tapi, kok, Tuhan gak kabulkan. Ya, kecewa juga. Tapi kendati kecewa, saya tetap sedekah semampu saya dan salat Dhuha meskipun kadang rasa malas menyerang.
Hingga akhirnya mindset saya berubah. Kalau dulu saya menulis 1200 kata dalam waktu 2 jam, sekarang sepanjang itu bisa diselesaikan dalam 45 menit. Awalnya saya belum menyadari. Ah, mungkin saja itu karena badan sedang fit. Tapi, kok, keterusan. Kok, bisa lebih cepat. Dua tahun yang lalu betapa lamanya waktu yang saya pakai untuk menulis 1200 kata, sekalipun ide-idenya sudah banyak.
Saya juga sering menghadapi kondisi yang di luar akal. Misalnnya sekarang saya sedang malas berpikir dan buntu. Tiba-tiba 20 menit kemudian, kok, sudah ada tulisan baru. Saya sering merasa, kok, bisa ada tulisan baru, padahal tadinya saya sedang malas berpikir. Alih-alih menulis. Ah, mungkin karena saya memaksa diri saya. Tapi, kok, sering seperti itu. Saya sering merasa seperti mimpi atau dibawa ke dimensi waktu yang lain. bSetelah mengedit tulisan, lalu saya duduk merenung, ini, kok, bisa terjadi. Bukankah tadi saya sedang malas berpikir.
Akhirnya saya berpikir bahwa memang tidak ada yang kebetulan. Tuhan mengatur segalanya. Boleh jadi kemudahan saya menulis saat ini bahkan menyelesaikan pekerjaan menulis saya karena sedekah dan salat Dhuha saya di masa lalu yang saat itu belum dikabulkan Tuhan. Tapi Dia kabulkan sekarang.
Saat ini, per 27 Mei 2022, saya sedang menghandle 92 kerjaan menulis dari 92 orang yang membayar jasa menulis saya. 92 orang itu datang sejak 6 bulan terakhir. Demi Allah, kalau pakai matematika manusia, sangat tidak mungkin saya bisa menyelesaikan itu seorang diri. Materi-materi tulisan yang saya kerjakan datang dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu. Saya yakin Allah yang mengerjakan itu lewat tangan saya.
92 kerjaan menulis saya handle hari ini. Tapi yang sudah selesai adalah 420 kerjaan sejak tahun 2016 bulan Maret. Saya sendiri sering bingung, kok, bisa saya merampungkan tulisan-tulisan itu, bahkan topik yang sama sekali asing bagi saya sebelumnya. Tapi lagi-lagi saya berpikir, oh Tuhan menginginkan saya membantu orang. Dia sendiri yang turun tangan tapi lewat diri saya.
Ketika menghadapi kesulitan, saya biasa istighfar sepanjang pekerjaan. Allah memang tidak langsung memberi saya uang, tapi Dia mau saya belajar dulu untuk mendapatkan yang jauh lebih besar. Kalau uang dikasih, uang bisa langsung habis. Tapi kalau ilmu, pasti bermanfaat. Ternyata pelajaran dan pengalaman yang sulit jadi bekal saya menyelesaikan kerjaan selanjutnya dengan tema serupa.
Saya makin memahami bahwa konsep diganti 10 kali lipat itu bukan menggunakan konsep matematika manusia. Tapi Allah punya matematika-Nya sendiri.
Setiap hari saya sering bekerja sampai larut malam. Tapi ketika menjelang akhir waktu, saya ingin menulis untuk diri saya sendiri. Tidak jarang dalam keadaan mengantuk. Tapi tangan tetap jalan. 15 menit kemudian muncullah tulisan baru.
Sejujurnya ada beberapa kejadian aneh selama saya melakoni aktivitas menulis. Dan, saya yakin itu cara Allah mengabulkan doa dan salat saya di masa lalu.
Makin ke sini saya makin merasakan betapa tidak ada hambatannya melakoni aktivitas menulis kalau melibatkan Allah. Dimensi waktu dan keterbatasan pada diri manusia tidak lagi berlaku kalau Allah turun tangan. Mungkin ini juga cara Allah memberi hidayah kepada saya untuk makin dekat dengan-Nya. Kendati sering dianggap liberal, di setiap salat saya, saya selalu berdoa, “Ya Allah, berikan hidayah kepada hamba, istri, dan anak-anak.”