Masuk Kampus Negeri, Kok, Sogok

Kok, masuk kampus negeri pakai sogok? Apa sebodoh itu kualitas anak sehingga membuat orangtua dan keluarganya harus menyogok oknum-oknum kampus yang lapar uang? Bahkan ada, loh, yang menyogok ratusan juta. Setelah oknum kampus itu kecekel pihak berwajib, ia membongkar siapa saja yang titip dan sogok untuk anak dan keluarganya. Tidak mungkin dia mau menderita sendiri.

Jadi mahasiswa di kampus negeri adalah kebanggaan. Kebanggaan karena apa? Tentu ekslusivitas dan kualitas lah yang menjadi salah dua dari banyak faktor mengapa orang harus bangga menjadi bagian dari kampus negeri. Itu tidak bisa dipungkiri.

Faktor lain adalah karena ketatnya atmosfer kompetisi. Pada satu prodi, peminatnya bisa mencapai 300 orang, tapi yang diterima hanya 50 orang. Mereka yang terpilih adalah yang terbaik. Sebagian dari mereka ada yang karena hoki. Tentu adalah kebanggaan dapat tersaring menjadi 50 besar itu. Yang saya senang dari anak-anak yang mendaftar di kampus negeri adalah jiwa petarungnya yang tinggi. Mereka berani maju perang. Mereka tidak takut kalah. Mereka berusaha dulu, baru kemudian hasilnya diserahkan ke Tuhan. Mereka tidak menyerah dulu.

Tapi ada saja orang-orang yang punya mental pecundang. Mereka menyogok sampai ratusan agar anak dan keluarganya bisa masuk kampus negeri. Sejak dulu, saya menganggap ini aneh dan bertanya-tanya. Masuk kampus negeri, kok, sogok. Apa sebodoh itu si anak dan serendah itu kualitasnya, sehingga orangtuanya atau keluarganya harus menyogok. Saya tidak habis pikir.

Masak, sih, anak-anak tidak dididik untuk memiliki jiwa petarung untuk menghadapi kompetisi dan persaingan? Apa sebodoh dan sebobrok itu mentalnya. Menyogok adalah wujud sikap para pecundang dan yang bersangkutan tidak punya kualitas diri.

Pada suatu waktu, seseorang membanggakan dirinya bisa masuk kampus negeri untuk studi S2-nya. Tapi lewat jalur menyogok orang dalam. “Haa, sayang sekali uang itu, ya,” saya membatin.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyiapkan anak dan keturunan yang punya mental petarung. Kalau tidak begitu, maka jalan sogok adalah pilihan untuk masuk ke mana-mana. Padahal itu terhina. Sangat terhina!

Ckckckck, apa se-fucking bodoh itukah sehingga harus menyogok agar masuk kampus negeri.  

 

 

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *