Masih Perlukah Partai Islam?

Atas pertanyaan itu, jawabannya masih saya cari di semak belukar praksis politik Indonesia. Peran dan fungsi partai Islam di Indonesia ini sebenarnya untuk apa? Apakah benar mereka itu membela dan memperjuangkan kepentingan umat Islam? Saya kira tidak juga. Kalau mau jujur, yang mereka perjuangkan adalah kepentingannya untuk menggapai kekuasaan. Dengan berideologikan Islam yang sangat agung, apakah laku dan sikap politik mereka juga ikut agung dan Islami? Saya kira tidak juga. Ada banyak kader yang korupsi. Lantas, apa gunanya menggunakan embel-embel Islam. Mengapa mereka tetap koruptif? Karena nafsu mencapai kekuasaan jauh melebihi rasa untuk mempertanggungjawabkan nama baik Islam.

Apa bukti lain mereka haus kekuasaan? Coba lihat itu! Belum apa-apa sudah pasang baliho-baliho besar untuk nyapres. Kerja nyatamu untuk umat Islam itu mana? Ujug-ujug sudah pasang baliho nyapres saja. Apa tidak malu pada umat?

Mereka beramai-ramai saling sikut dan menjatuhkan. Mereka mengklaim dan mengampanyekan diri sebagai yang paling religius dan islami tapi, toh, sama saja. Bahkan antarpartai Islam berbeda pandangan dan sikap dan membentuk kubu.

Akhir-akhir ini sebagian umat Islam terpecah belah. Entah itu karena kepentingan dan aspirasi politik atau perbedaan pemahaman tentang laku keberagamaan. Terhadap friksi itu, sikap partai Islam tidak menyatu. Alih-alih menjadi peredam dan bersatu untuk melerai, mereka justru membentuk kubu kekuasaan. Mereka tidak punya fungsi yang jelas dan berkelanjutan membawa kemaslahatan umat Islam.

Ada atau tidak ada adanya partai Islam, saya kira nasib umat Islam Indonesia sama saja. Jadi apa pentingnya partai Islam? Pentingnya cuma satu: demi kepentingan kelompok dan mereka-mereka saja. Saya dan keluarga saya muslim. Dari 100 orang keluarga kami, tidak satu pun yang merasakan manfaat dari kehadiran partai Islam. Umat seringkali diperkuda untuk mencapai kekuasaan. Kemaslahatan umat Islam bukan prioritas mereka. Yang mereka kejar adalah kekuasaan semata.

Ideologi Islam yang mereka bawa itu gunanya apa,  kalau perilaku politik mereka begitu-begitu saja. Pertanyaan jujur adalah apa bedanya partai berideologi Islam dengan yang non Islam. Kalau dilihat justru nama Islam yang dicemar karena perilaku koruptif dan haus kekuasaan dari para elit partai dan politisi. Memang tidak semua, sih, tapi kasus-kasus korupsi yang menjerat kader partai Islam justru merusak Islam itu sendiri.

Berangkali ada benarnya kebijakan Pak Harto yang memfusi partai-partai Islam menjadi monopartai, yaitu PPP.  Apa baiknya? Kalau memang mau berjuang untuk kepentingan umat Islam, ya, harusnya bersatu. Beda dengan sekarang: namanya saja partai Islam, tapi sikap dan visi tidak menyatu untuk umat Islam.

Mungkin ada yang berkomentar, “Kami ‘kan mau berdemokrasi.” Bukankah ada dari kalian (baca: kader) yang alergi dan mengkritik demokrasi?

Bagaimana? Apa perlu digabung saja seperti pada zaman Pak Harto? Biar ada manfaat nyata yang dirasakan oleh umat Islam.

Kalau ada konflik antarumat Islam, jangan justru konflik itu diperkuda demi kepentingan kelompok dan perut kalian.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *