Kuliah Harus Kembali Modal

Apa tujuan kuliah? Setiap orang akan memberi jawaban yang beragam. 18 dari 20 orangtua yang saya survei perihal alasan mereka mengutus anak-anaknya ke perguruan tinggi menjawab karena mareka ingin anak-anak itu menjadi orang yang mampu mancari uang sendiri dengan ijazah yang didapatkan, lalu makmur hidupnya. Sedangkan dua orangtua lain masing-masing menjawab agar anaknya kelak memiliki gelar dan anak bisa memiliki bekal ilmu untuk melanjutkan usaha keluarga.

Orangtua yang menjawab agar anak memiliki gelar akademik, setelah diwawancara lebih mendalam, ternyata tinggal di lingkungan yang masyarakatnya suka menilai dan mengukur keberhasilan seseorang dari apakah dia punya gelar akademik atau tidak. Tidak peduli ybs menjadi pengangguran, asalkan dia menyandang gelar akademik, maka dianggap sukses. Sedangkan orangtua yang memberi jawaban agar anak memiliki bekal ilmu untuk melanjutkan usaha keluarga adalah orangtua yang sudah kaya turun temurun. Tanpa kuliah pun, anaknya sudah akan hidup makmur. Tapi orangtua ybs memiliki cara pandang yang maju, bahwa ilmu terus berkembang. Untuk mengembangkan usaha keluarga diperlukan ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Menariknya, tidak satu pun orangtua memberi jawaban agar anak-anaknya bisa beramal melalui ilmunya. Setelah diwawancara lebih jauh, pada intinya orangtua menganggap bahwa dengan bekerja menggunakan ilmu yang sudah didapatkan otomatis sudah menjadi bagian dari beramal. Dua puluh orangtua itu memiliki pemikiran yang realistis.

***

Saya selalu memprovokasi mahasiswa yang datang ke tempat saya agar fokus pada pengembangan kualitas diri, sehingga ketika lulus kuliah, mereka tidak kesulitan mendapatkan pekerjaan. Atau, setidaknya dapat dipakai untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Tidak peduli IPK-mu tinggi, kalau tidak punya keterampilan, pasti akan tergusur dan tenggelam dalam persaingan mendapatkan pekerjaan.

Kuliah harus kembali modal. Jika ijazah tidak mampu menjadi media untuk mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan untuk membiayai kuliah, maka ijazah itu tidak banyak gunanya. Mungkin ada yang berkomentar bahwa orangtua yang telah mengeluarkan uang nothing to lose dan tidak mengharapkan pengembalian modal oleh anaknya. Tapi pengembalian modal yang dimaksud pada tulisan adalah berkaitan mau diapakan ijazah yang sudah didapatkan jika bukan untuk mencari uang? Sebagian besar orang yang mencari ijazah adalah mereka yang mudah  mendapatkan pekerjaan. Bagi yang tidak punya orientasi ke sana, ya, itu urusan mereka. Tapi saya berani katakan bahwa hampir semua orang yang mengejar ijazah adalah mereka yang ingin segera mendapatkan uang untuk meningkatkan kemakmuran hidup.

Untuk apa kuliah, jika ilmu-ilmu yang didapatkan tidak mampu digunakan untuk menghasilkan uang. Ada yang berkomentar, “Kesuksesan kuliah ‘kan tidak hanya diukur dengan uang dan kemandirian hidup.” Walah, omong itu terlalu klise. Hidup harus realistis. Hidup jangan klise, mas, jawab saya. Coba tanyakan jutaan orangtua yang menyekolahkan anaknya, apa alasan mereka. Hampir semua orangtua menginginkan anaknya segera mendapatkan pekerjaan.

Saya terus memprovokasi para mahasiswa dengan kalimat “apa gunanya kuliah, jika tidak mampu menghasilkan uang”, tujuannya adalah agar mereka tergerak hatinya dan tidak menjadi pengangguran setelah lulus. Kadang saya melihat sebagian mahasiswa tidak kunjung mendapatkan pekerjaan bukan karena tidak ada pekerjaan, tapi disebabkan oleh gengsi tidak mau bekerja serabutan atau mengambil pekerjaan yang gajinya kecil. Selain itu, sebagian sarjana juga enggan berusaha lebih keras. Mereka hanya mau disuap.

Hidup terus berjalan. Masa pengangguran sesaat setelah lulus harus segera diakhiri. Hidup harus realistis. Gunakan ijazah semaksimal mungkin untuk mendapatkan uang dan mewujudkan kemandirian hidup. Jika tidak begitu, apa gunanya kuliah dan ijazah? Akan kurang berguna.

Mungkin ada berkomentar “Ilmu yang didapatkan dari perkuliahan dipakai agar diri lebih menjadi bermanfaat untuk orang lain”. Walah, tidak perlu memberi pernyataan klise. Hiduplah dengan realistis.

Mungkin ada yang berkomentar begini juga, “Kuliah S1 agar bisa melanjutkan S2 dan S2”. Hei, tidak semua orang pintar dan punya orientasi ke sana. Per tahun 2020, jumlah masyarakat Indonesia dengan gelar master dan doktor hanya 8,31%. Artinya, bahwa mereka yang lulus sarjana jauh lebih banyak yang memilih mencari pekerjaan, ketimbang melanjutkan studi pascasarjana.

 

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *