Konflik Palestina Rentan Jadi Komoditas Politik

Dalam wawancara ekslusif VOA bersama Kepala Biro Gedung Putih VOA, Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menekankan bahwa konflik antara Israel dan Palestina bukan konflik agama. PM Shtayyeh juga mengatakan bahwa apa yang ditentang oleh Palestina adalah pendudukan negara.

Kalau itu yang dimaksud konflik Islam dan Yahudi, ternyata tidak juga. Di Palestina ada orang Yahudi. Di Israel ada orang muslim. Data menunjukkan bahwa tidak kurang dari 1,4 juta orang Islam hidup di Israel dengan kebebasan sipil dan berpolitik yang diberikan secara utuh. Israel juga menjamin kebebasan beragama untuk setiap warga negaranya sejak kemerdekaan dideklarasikan pada 1948.

Di Israel, Islam adalah agama terbesar kedua yang dianut oleh masyarakat Israel. Jumlah pemeluk Islam di Israel lebih banyak dari penganut Kristen. Populasi masyarakat Muslim di Israel terus meningkat 10 kali lipat sejak deklarasi kemerdekaan yaitu 156 ribu orang menjadi 1.454.000 orang.

Israel setidaknya mempunyai 400 masjid dan 73 di antaranya berada di kota Yerusalem. Jumlah masjid yang berada di negara Zionis ini terus mengalami peningkatan sekitar lima kali lipat sejak tahun 1988, karena ketika itu hanya ada 80 bangunan masjid.

Di Israel, tidak kurang dari 300 imam dan muadzin digaji oleh pemerintah. Israel. Israel juga turut menyediakan Al Quran yang dipakai di beberapa masjid serta mendanai sekolah Arab serta perguruan tinggi Muslim di Islam. Sekolah ini mengajarkan tentang Islam, bahasa Arab, dan kurikulum dari Kementerian Pendidikan Israel.

Yang terjadi di Indonesia adalah oleh sebagian orang, konflik Palestina dan Israel sering dijadikan komoditas politik partai tertentu untuk mendapatkan dukungan elektoral. Mereka menunjukkan seolah-olah mereka adalah yang paling mendukung dan peduli terhadap umat Islam di sana. Padahal, tidak. Mereka manfaatkan isu ini sebagai alat untuk kepentingan politik.

Ada juga sebagian orang yang ikut latah melakukan aksi-aksi tertentu. Seolah-olah yang terjadi di Palestina sana adalah Islam yang sedang musuhi. Padahal ini murni urusan politik kedua negara.

Minimnya literasi atau budaya malas membaca dan mengumpulkan berbagai informasi tentang konflik kedua negara, termasuk akar permasalahannya, membuat sebagian orang Indonesia ikut latah berkomentar dengan dangkal bahwa konflik kedua negara adalah konflik agama.

Belum lagi orang-orang tersebut ditunggangi demi kepentingan politik pihak-pihak tertentu. Tambah latah mereka. Sebenarnya kasihan pada mereka it. Mau-maunya diperalat.

Biasanya demo atau aksi tertentu membela Palestina itu tidak muncul sepanjang tahun. Aksi-aksi tersebut akan booming pada waktu-waktu tertentu, salah satunya adalah menjelang pemilu, pilleg, atau pilkada. Coba saja perhatikan.

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *