“Kalau Mau Jadi Kepala Sekolah, Siapkan Uang”

Kalau mau kaya, jangan jadi guru, begitu kata sebagian orang. Alih-alih gaji dipakai untuk beli Pajero atau Fortuner, beli Avanza bekas saja harus mengumpulkan uang bertahun-tahun atau mengutang di bank. SK disekolahkan dulu bertahun-tahun.

Kalau tujuanmu jadi orang yang punya banyak uang, jangan jadi guru. Tapi kalau tujuanmu untuk mendeposito amal di akhirat, jadi guru adalah langkah tepat.

Tapi yang namanya hidup, keinginan setiap orang pun dinamis. Sebagian guru ada yang ingin jadi kepala sekolah. Masalahnya, penentuan siapa yang jadi kepala sekolah tidak hanya dilihat dari kapabilitas dan kelayakan. Bahkan, unsur politik mendominasi.

Di negara tertentu, kalau Anda mau jadi kepala sekolah siapkan uang yang cukup banyak. Uang itu dipakai untuk melobi, memuluskan, menyogok, sampai sebagai ucapan terima kasih kepada tim kepala daerah dan kepala daerah itu sendiri. Kalau Anda tidak punya cukup uang, urungkan niat jadi kepala sekolah, ya.

Di negara tertentu, tes calon kepala sekolah hanya formalitas. Orang-orang yang akan menduduki jabatan tersebut sudah diplot lebih dahulu. Ya, begitulah kerja kotor dan kerja haram para tim kepala daerah di sana.

Bagaimana cara kerja tim kepala daerah? Di hari-hari sekitar tes calon kepala sekolah, tim kepala daerah akan berkeliling dari calon satu ke calon lain. Mereka langsung to the point. “Anda punya uang berapa?” Dari hasil penjajakan itu, mereka akan menilai orang mana yang punya fulus banyak.

Setelah diplot orang-orangnya, nanti akan ada komunikasi lebih lanjut untuk penyerahan DP. Kayak beli mobil saja, ada pembayaran DP. Setelah dilantik baru pelunasan. Tahu dari mana?Dulu ada orang dalam yang bercerita ke saya. “Mau jadi kepsek, siapkan uang,” katanya.

Kepala-kepala sekolah ini tidak hanya diperas uangnya. Tapi semenjak menjabat, mereka dijajah. Tim kepala daerah yang juga tim sukses akan meminta komitmen mereka untuk menjadi pemilih sekaligus tim sukses bayangan pada saat kepala daerah nyalon lagi di periode kedua, ketiga, dan seterusnya. Tidak jarang anggota partai politik melakukan intimidasi halus pada kepala-kepala sekolah ini. Tim sukses kepala daerah secara berkala berkomunikasi dengan para kepala sekolah untuk mempengaruhi guru-guru agar memilih kepala daerah yang nyalon lagi. Makin dekat dengan pemilu kepala daerah, makin gencar tim ini mblusuk ke rumah maupun sekolah. Mereka tak tahu malu. Saat jam pelajaran pun, mereka datang.

Bagi tim sukses dan anggota partai politik yang tidak punya pekerjaan dan hanya mengandalkan hidupnya dari menjilat kepala daerah, memeras dan mengintimidasi kepala sekolah adalah lahan yang menggiurkan. Setiap berkunjung ke kepala sekolah mereka dapat uang jalan.

Apalagi kalau si kepala sekolah itu dilihatnya berambisi jadi kepala dinas, mereka akan memberi janji palsu “Nanti akan kami lobikan ke kepala daerah agar bapak diangkat jadi kepala dinas.” Tambah banyaklah uang yang didapatkan dari si kepala sekolah. Kepala sekolah dapat uang dari mana? Ya, potong sana, ya, potong sini dari anggaran sekolah.

Nanti kalau menang lagi kepala daerahnya, sebagian kepala sekolah itu karirnya melesat bak roket Apollo 13. Bahkan ada yang jadi kepala dinas education & culture.

Di daerah Anda ada praktik seperti ini?

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *