Hati-hati Memilih Pesantren
Seorang teman bertanya kepada saya, “Apakah Andi akan memasukkan anak-anaknya ke pesantren kelak?” Saya menjawab, “Saya tidak akan memasukkan mereka ke pesantren, boarding school, sekolah berasrama, dan sejenisnya. Saya dan ibunya masih mampu mendidik sendiri mereka.”
Prinsip yang kami pegang adalah kalau masih mampu mendidik sendiri anak dengan nilai-nilai yang diyakini benar, maka didiklah sendiri. Itulah tujuan Allah titipkan anak, yaitu agar dididik dan diajarkan hal-hal baik dan benar. Jadi, kalau dititipkan ke orang lain, apa gunanya Anda jadi orang tua?
Tetapi di sisi lain, saya tidak men-judge salah keluarga dan teman-teman yang memutuskan memasukkan anak mereka ke pesantren dan sejenisnya. Ada banyak variabel mengapa mereka memutuskan itu. Karena kesibukan kerja, salah satunya.
Saya hanya menyarankan agar berhati-hati memilih pesantren, boarding school, atau sekolah berasrama karena akan mempengaruhi perspektif anak dalam menjalani hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke depannya. Kalau pesantren memiliki ideologi yang menyimpang, tentu orang tua harus berhati-hati. Jangan sampai anak memiliki sikap yang radikal dalam beragama.
Selain itu, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah terkait jaminan makan-minum yang memadai dan apakah anak aman dari pelecehan seksual ketika masuk ke pesantren itu.
Saya pernah berkunjung ke sebuah pesantren. Para santri mengeluhkan betapa tidak layaknya makan-minum yang mereka dapatkan. Para pengelola berdalih bahwa untuk berilmu harus berjuang dahulu dan menahan lapar. Mereka diberikan doktrin yang salah. Itu omong kosong. Betapa kurangnya nutrisi yang mereka dapatkan. Mereka kurus. Para santri hanya dituntut menghafal Qur’an tapi makan dan minumnya tidak diperhatikan. Mereka harus bangun Pukul 3 dini hari. Ini manusia, bukan binatang. Bagaimana anak bisa kuat menghafal dan belajar, sedangkan mereka hanya diberikan nasi sambal, tempe, dan sedikit sayur.
Anda tidak bisa menghasilkan SDM unggul dengan makan-minum serta nutrisi yang kurang. Tidak ada istilahnya perjuangan harus dilalui dengan makan-minum seadanya. Pertimbangkan faktor ini ketika Anda memasukkan anak ke pesantren. Kasihan anak Anda harus menahan lapar.
Faktor kedua, pastikan apakah pesantren tersebut menjamin keamanan anak Anda dari pelecehan seksual. Jangan terkecoh dengan kealiman pengelola dan pengasuh. Ada banyak kasus pengelola dan pengasuh pesantren tertentu menjadi pelaku pelecehan seksual pada santri.
Beberapa hari yang lalu, seorang kiai dilaporkan ke polisi oleh istrinya. Laporan tersebut berisi dugaan perbuatan cabul terhadap 11 santriwati dan 4 ustadzah di sebuah kamar khusus dengan kunci sidik jari. Istrinya bahkan tidak bisa mengakses ruang khusus tersebut. Sebelum melapor, sang istri sempat menemukan rekaman suara ciuman, desahan, dan percakapan intim lainnya pada ponsel milik si kiai. Sejauh ini baru 6 dari 15 korban yang telah menjalani visum (Kumparan.com).
Sejak dulu, saya tidak percaya dengan kealiman seseorang yang ditunjukkan dengan peci, sorban, gamis, bahkan jenggot panjang. Jangan mudah terkecoh. Ada banyak orang yang terlihat alim, tapi menjadi pelaku mesum dan pelecehan seksual.
Bagi orang tua, pertimbangkan apakah anak Anda akan aman jika dimasukkan ke pesantren tertentu. Hati-hati!