Belajar dari Negarawan
Pada beberapa tulisan saya mengungkapkan bahwa saya mengidolakan dua sosok hebat. Kebetulan keduanya pernah menjadi presiden. Keduanya adalah Presiden George Bush dan Presiden Yudhoyono.
George Bush, yang kemudian sering dipanggil Bush Junior (Bush Jr) adalah presiden ke-43 Amerika Serikat (AS). Ia adalah anak dari presiden ke-41 AS, Bush Senior (Bush Sr). Sebelum menjadi presiden, ia adalah gubernur Texas pada tahun 1995-2000. Bush Jr adalah anggota Partai Republik. Tapi setelah pensiun, ia mengambil posisi sebagai negarawan. Ia juga tergabung dalam The Presidents Club bersama Jimmy Carter (Presiden ke-39), Bill Clinton (Presiden ke-42), Obama (Presiden ke-44), dan Donald Trump (Presiden ke-45). The Presidents Club adalah sebuah perkumpulan para mantan presiden AS. Sewaktu-waktu mereka diminta saran oleh presiden AS. Mereka adalah negarawan. Pada beberapa waktu, mereka terlihat berbeda pandangan politik, tapi hebatnya mereka tidak gaduh.
Terkait The Presidents Club ini, saya pernah berangan-angan betapa ademnya politik Indonesia jika para mantan presiden membentuk The Presidents Club. Para presiden dan wakil presiden yang sudah sepuh itu mengambil posisi yang tepat menjadi negarawan. Mereka tidak lagi mengurus dan memimpin partai, yang memungkinkan mereka terlibat dalam persaingan dan political clash yang sangat tidak menguntungkan. Dengan mengambil posisi yang bijaksana dan negarawan, para mantan presiden dan wakil presiden itu tidak lagi mengurus perebutan kekuasaan. Dengan menjadi negarawan, mereka dapat melepaskan diri dari politik elektoral yang seringkali bising.
Setelah pensiun dari politik, Bush Jr banyak terlibat dalam kegiatan sosial. Ia mendirikan perpustakaan, yayasan, dan museum. Nama perpustakaannya adalah George W. Bush Presidential Library and Museum. Sepertinya sudah menjadi tradisi bagi para mantan presiden dan wapres di AS untuk mendirikan yayasan, museum, atau perpustakaan. Jimmy Carter mendirikan Carter Center, Bill Clinton mendirikan Clinton Foundation, dan Obama mendirikan Obama Foundation. Perpustakaan, yayasan, dan museum itu bergerak di bidang sosial, pendidikan, kesehatan, dan budaya. Saya pun berharap para mantan presiden dan wakil presiden Indonesia melakukan hal yang sama, sehingga generasi muda mengambil pelajaran yang berharga dari pengalaman dan kepemimpinan mereka. Yudhoyono sudah membangun museum presidensialnya di Pacitan, tanah kelahirannya.
Presiden Yudhoyono, yang kemudian dalam tulisan ini disebut Yudhoyono, pada awalnya adalah tentara. Ia kemudian menjadi menantu Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, seorang jenderal kepercayaan Soeharto selama dan di sekitar peristiwa 1965.
Yudhoyono meniti karir dari bawah. Ia pernah menjadi Pangdam II/Sriwijaya. Ia pernah diisukan diangkat menjadi Kepala staf angkat darat (Kasad), tapi keburu diangkat sebagai menteri pertambangan oleh Gus Dur. Dalam bukunya, ia dan istri sempat linglung dan putus asa karena jalan menuju puncak karir TNI itu terputus. Tapi R. Seokotjo menasehati anaknya bahwa di manapun tempat mengabdi itu sama saja. Yang penting berkontribusi bagi bangsa dan negara. Sejak saat itu, Yudhoyono memimpin beberapa kementerian.
Pada tahun 2001, ia bersama beberapa politisi mendirikan Partai Demokrat. Tahun 2004, ia maju bersama Jusuf Kalla dalam pilpres. Pada putaran kedua, pasangan SBY-Kalla mengalahkan Megawati-Hasyim. Megawati adalah mantan bos Yudhoyono. Yudhoyono menjadi presiden selama sepuluh tahun. Ia sempat mengambil-alih posisi ketua umum Partai Demokrat, sebelum akhirnya secara aklamasi Agus Yudhoyono terpilih untuk memimpin partai itu. Saat ini Yudhoyono sedikit demi sedikit menarik diri dari perpolitikan Indonesia. Meskipun sesekali terlihat dalam kegiatan partai.
Salah satu hal yang saya kagumi dari Bush Jr dan Yudhoyono adalah keduanya berusaha mengambil jalan dan posisi yang tepat untuk menjadi negarawan setelah menjadi presiden. Keduanya sama-sama mengisi waktu pensiun dengan melukis. Sebagai pelukis pemula, keduanya bahkan sangat produktif. Baik Bush Jr maupun Yudhoyono telah melakukan pameran tunggal atas lukisan-lukisan mereka.
Mereka tidak pernah berhenti memberikan kontribusi dan inspirasi bagi orang lain. Itulah pemimpin. Pemimpin yang negarawan tidak pernah berhenti bekerja untuk bangsanya. Tempatnya saja yang berubah.
Sumber foto: google.com