Anies Terancam

Seorang tokoh masyarakat dari NTB mengungkapkan rasa optimisnya jika Anies yang akan jadi presiden selanjutnya. Lalu saya respon, belum tentu, pak. Loh, kenapa, tanyanya. Satu, Anies bukan orang Jawa. Fakta menunjukkan bahwa hanya orang Jawa yang jadi presiden Indonesia. Belum ada ceritanya orang luar Jawa jadi presiden. Habibie? Ibu Habibie itu keturunan raja Jogja-Solo. Lagipula, Habibie itu ‘kan orang yang kebagian nasib jadi presiden karena bos besar turun takhta.

Ia juga menyinggung kalau ternyata di NTB sana, TGB dan Doktor Zul (gubernur NTB sekarang) santer digadang-gadang jadi cawapres. Setidaknya oleh pendukung dan loyalisnya. Saya pun merespon itu mustahil. Jangankan TGB dan Doktor Zul yang berasal dari suku yang sangat minoritas, Ridwan Kamil saja yang gubernur Jawa Barat itu, popularitasnya tenggelam. Mengapa? Karena dia bukan orang Jawa. Orang hanya fokus ke Ganjar atau Prabowo.

“Anda, kok, pesimis sekali,” timpal tokoh itu. Ya, bukan pesimis, pak. Berpolitik juga harus realistis. Kalau Anda sudah tahu akan kalah, ngapain maju. Sama halnya dengan politisi yang maju pilleg. Kendati mereka tahu akan kalah, kok, tetap ngotot maju. Sayang sekali uang yang dipakai untuk biaya politik habis begitu saja. Harapannya bisa kembali modal kalau menang, eh, kalah. Anda jangan heran ketika menemukan politisi yang stres karena gagal terpilih. Ada juga, tuh, politisi yang mau jual ginjal untuk membayar hutang yang dipakai saat nyaleg.

Kembali ke soal Anies terancam. Terancam apa? Terancam batal nyapres. Loh, kok, gitu? Sampai sekarang PKS, Nasdem, dan Demokrat belum kunjung mendeklarasikan Anies. Kelihatannya masih deadlock  urusan siapa yang pantas jadi pendamping Anies; PKS ngotot usulkan Ahmad Heryawan, Demokrat ngotot usulkan AHY. Kata sepakat tidak ketemu-ketemu.

Belum lagi perang kritik antaranggota partai (rencana) koalisi. Seorang politisi Partai Demokrat mengkritik cara berkomunikasi politisi Nasdem. Politisi Demokrat itu juga mengingatkan agar Nasdem tidak merasa superior karena perbedaan jumlah kursi Nasdem, PKS, dan Demokrat amatlah tipis.

Sudah empat bulan Anies dideklarasikan, tapi tanda-tanda ketiga partai itu deklarasi bersama belum ada hilalnya.  Jangan-jangan rencana koalisi ini layu sebelum berkembang. Karena tidak ada titik temu, pancapresan Anies bisa jadi batal.

Jika batal, kasus Anies bukan yang pertama. Anda ingat di awal tahun 2013, Hanura-Perindo berkoalisi lalu mendeklarasikan Wiranto-Hary Tanoe sebagai capres-cawapres untuk Pilpres 2014? Eh, beberapa bulan kemudian batal. Kedua partai ini pecah kongsi. Hanura dukung Jokowi, Hary dukung  Prabowo.

Jangan-jangan nanti Nasdem balik arah mengusung Ganjar atau Prabowo. Tidak ada yang mustahil dalam politik. Jangankan yang masih lama begini, Mahfud MD saja yang sudah jahit baju karena mau dideklarasikan menjadi cawapres Jokowi, eh, dibatalkan. Mahfud ditikung oleh Ma’ruf Amin di belokan terakhir.

Saya belum yakin 100 persen  Nasdem akan mengusung Anies. Kita lihat dulu untung ruginya. Jangan heran ketika beberapa orang di Nasdem sepertinya mulai ragu untuk berkoalisi—dan mengusung Anies.

 

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *