Gibran Berpeluang Jadi Presiden

Jika pasangan Prabowo-Gibran memenangkan Pilpres 2024, Gibran berpeluang menjadi pemimpin Indonesia selama 15 – 20 tahun  ke depan: 5 – 10 tahun jadi wakil presiden, dan 5 – 10 tahun jadi presiden.

Semisal di 2024 ini menang dan menjadi wakil presiden, lalu, di 2029, Mister Prabowo, di umur 77 memutuskan maju lagi bersama Gibran dan menang lagi. Setelah Mister Prabowo turun takhta, Gibran nyapres di 2034, lalu menang—dan mungkin yang jadi wakilnya adalah Kaesang. Pilpres  2039, ia maju lagi sebagai patahana dan menjadi presiden sampai tahun 2044. Fiks, itu 20 tahun.

Tidak ada yang mustahil, toh. Terkait Kaesang yang berpeluang jadi wakil presidennya Gibran suatu saat nanti juga tidak ada yang tidak mungkin. Semua bisa diutak-atik. Ini ‘kan politik yang luwes, licin, dan penuh strategi.

O iya terkait peluang Prabowo-Gibran, sepertinya pasangan ini akan menang. Kecuali ada mukjizat politik, seperti perubahan peta politik, lobi politik, dan koalisi Ganjar dan Anies jika ada putaran kedua. Pasangan Prabowo-Gibran akan kalah jika mukjizat politik itu memberikan pengaruh yang signifikan. Tapi, kalau tidak, ya, berarti kita sudah tahu siapa yang akan jadi presiden selanjutnya. Lembaga-lembaga survei menunjukkan keunggulan pasangan Prabowo-Gibran.

Terlepas dari kontroversinya, Jokowi sepertinya meniru gaya berpolitik Lee Kuan Yew (Lee Senior), Perdana Menteri Singapura periode 1959 – 1990. Lalu, kemudian digantikan oleh Goh Chok Tong yang berada dari Partai Aksi Rakyat, partainya Lee Senior. Goh memimpin selama periode 1991 – 2001.

Pada kabinet Goh, Lee Senior menjabat sebagai menteri senior. Ketika Goh mengundurkan diri, jabatan perdana menteri dipegang oleh Lee Hsien Loong (Lee Junior), anak Lee Kuan Yew. Pada kabinet Lee Junior, Goh menjadi menteri senior dan Lee Senior jadi menteri mentor. Jadi, yang memimpin tetap orang yang itu-itu saja. Tapi hebatnya mereka bisa memajukan Singapura.

Gibran memiliki privelege yang sangat besar ketika bapaknya menjadi presiden. Jokowi tidak mungkin tidak memikirkan anak-anaknya akan jadi apa ke depan. Kalau lewat proses kaderisasi partai, Gibran & Brother kecil kemungkinannya untuk cepat naik ke posisi puncak.

Dari teman-teman segenerasinya, Gibran adalah yang start-nya sangat kepagian untuk menjadi populer sebagai bekal menjadi calon pemimpin Indonesia ke depan. Saya tidak mengatakan ia dibantu untuk curi start. Dan, harus diakui start yang kepagian itu dibantu oleh privelege-nya sebagai anak presiden. Kalau pun pada pilpres ini kalah, ia setidaknya sudah memiliki pengalaman untuk bertarung dalam kontestasi pilpres.

Saya tidak dalam posisi membenarkan atau menyalahkan jalan ninja dan start kapagiannya Gibran menjadi pemimpin muda Indonesia, tetapi memang ia punya peluang untuk memimpin 15-20 tahun yang akan datang.

Sebagian orang boleh saja tidak suka dengan peluang ini, tapi memang begitulah adanya. Mari kita lihat seperti apa yang terjadi ke depannya.

Dengan teman-teman segenerasinya yang lahir pada pertengahan dekade 80’-an, Gibran unggul dalam kepopuleran dan itu menjadi bekal yang besar untuk menapaki ambisinya menjadi pemimpin Indonesia ke depan.

 

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *