Harus Jawa dan Islam

Di sebuah pertemuan dengan tema Resolusi Konflik di Fisipol UGM, seorang dosen melontarkan pertanyaan kepada kami, “Sebutkan dua kata yang menggambarkan Indonesia?” Setiap orang yang ada di situ menyebutkan dua kata disertai penjelasannya.

Tiba lah giliran saya. Saya menyebutkan dua kata. Dua kata yang menggambarkan Indonesia adalah Jawa dan Islam. Saya memberikan penjelasan bahwa di Indonesia ini Jawa dan Islam adalah mayoritas. Karena mayoritasnya itu, nilai dan norma yang berlaku bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia adalah nilai yang berasal dari suku Jawa dan agama Islam.

Si dosen meminta penjelasan lebih detail tentang itu. Saya yang tidak suka basa basi mengungkapkan hal-hal apa adanya. Saya jelaskan hal-hal kecil. Contoh: Tolok ukur sopan santun yang berlaku di Indonesia adalah sopan santun dan unggah unggahnya suku Jawa. Sopan santunnya orang Jawa, ya, bicara dengan suara pelan, diksi yang terkesan santun, dan tidak meledak-ledak. Itu lah yang dijadikan tolok ukur sopan santun orang Indonesia pada umumnya. Lalu, saya yang suku Mbojo dan ada keturunan Bugis-Makassar, kalau omong, ya, blak-blakan. Apa yang ada di kepala itu yang saya sampaikan. Saya juga tidak bisa bicara dengan nada pelan. Oleh beberapa orang, saya dianggap tidak santun. Saya paham mengapa saya dinilai tidak santun. Ya, karena tidak bersikap berdasarkan tolok ukur kesantunan Jawa sebagai mayoritas.

Lalu, terkait Islam, salah satu faktanya adalah kamu tidak bisa menjadi presiden Indonesia kalau tidak beragama Islam. Itu, sih, tidak ada dalam UUD 1945, tapi menjadi aturan tidak tertulis bahwa salah satu syarat kalau mau jadi presiden, ya, kamu harus beragama Islam.

Beberapa mahasiswa membantah itu. Ya, saya lawan dengan mengatakan bahwa kalian terlalu naif dan pura-pura tutup mata untuk mengakui itu. Kesantunan yang diajarkan oleh leluhur saya adalah berani berkata apa adanya dengan jujur.

Lalu si dosen menengahi, “Saya berharap topik Jawa dan Islam ini tidak dibawa keluar ruangan ini.”

Terkait siapa yang menjadi presiden Indonesia, saya tidak pernah mau pusing. Karena saya tahu bahwa yang jadi presiden Indonesia itu, ya, pasti orang Jawa yang muslim. Kamu boleh Jawa, tapi kalau tidak muslim, agak susah diterima. Sebaliknya, kalau muslim saja, tapi bukan Jawa, lebih sulit lagi.

Maka dari itu, kalau mau jadi presiden Indonesia, kamu harus dari Jawa dan orang Islam. Setidaknya sampai 50 tahun yang akan datang, kamu jangan pernah bermimpi jadi presiden Indonesi

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *